Sebenarnya saya tertarik hanya untuk membahas masalah turunnya bahan bakar Premium dan kaitannya terhadap tarif. Karena jika dilihat secara umum mungkin tidak ada yang mau tahu bagaimana kehidupan para supir angkutan umum yang sekarang malah didominasi anak-anak muda yang cenderung masih dibawah umur dan belum memiliki KTP. Jika kita mendengar kata supir, maka tidak lain yang kita bahas ongkos. Berangkat dari itu mungkin yang membahas masalah tarif sudah ada yang lebih berkompeten dan ahli dibidangnya, maka saya mencoba membuka sedikit mata anda terhadap kehidupan supir-supir angkutan umum.
Coba kita jalan ke daerah Bogor, Sukabumi dan sekitarnya, disana banyak kita lihat Angkutan Kota yang "gaul" dan secara umum "Ceper". Tak kalah sporty dengan mobil-mobil anak gaul atau mobil-mobil balap sekalipun. Kreativitas yang mereka ciptakan dengan keterbatasan pendapatan yang minim, tidak menghalangi hobi mahal yang dulu hanya diterapkan pada kendaraan pribadi. Bahkan demam Angkutan Kota Gaul menyebar cepat dan banyak diminati oleh supir-supir Angkutan Kota didaerah sekitarnya. Sehingga menimbulkan banyak komunitas-komunitas serta klub-klub khusus supir Angkot. Tak hanya itu, penampilan memukau dari hasil kreativitas seadanya, mampu melirik anak-anak muda untuk terjun langsung kedunia Angkutan Kota.
Tak beda jauh dengan Tanjung Karang Bandar Lampung, mereka punya cara tersendiri agar tampilan Angkutan kotanya bisa lebih "galak". Disini dari pengamatan saya, mereka bahkan lebih gila mendandani Angkot miliknya. "Full Modifikasi". Tak tanggung-tanggung melebihi kapasitasnya sebagai Angkot itu sendiri. Saya sempat terpukau ketika berada didalam sebuah angkot gaul yang saya tumpangi dari Lungsir hingga Bambu Kuning. Kenapa saya terpukau? Karena apa yang ada didalam angkot ini melebihi batas imajinasi saya. Sehingga menimbulkan satu pertanyaan. Berapa gaji mereka? Dan dari pengamatan saya kurang lebih 85% supir yang ada untuk daerah Bandar Lampung adalah anak-anak muda.
Melirik lagi didaerah Cilegon, modifikator-modifikator Angkot juga tak kalah hebat. Cara yang mereka terapkan hampir sama dengan sistem yang ada didaerah Bogor dan Sukabumi. Mereka membentuk komunitas dan klub. Hanya saja arah dan bentuk modifikasi mereka adalah campuran sentuhan Bogor dan Bandar Lampung.
Terakhir yang saya pantau diwilayah Ciputat, karena saya tinggal didaerah ini. Tidak beda jauh dengan daerah-daerah yang saya bahas diatas. Sehingga membuat rasa penasaran saya semakin menjadi. Berapa penghasilan mereka sehari sehingga bisa menyisihkan Banyak Uang untuk mewujudkan mobil impian? Setelah saya mencari tahu dan melihat langsung bahkan menyisihkan sedikit waktu untuk mencoba terjun didalamnya, ternyata butuh waktu dan pengorbanan yang sangat lama untuk memodifikasi Angkot menjadi Gaul. Karena ternyata turunnya harga bensin, tidak menurunkan pungli-pungli yang ada dan wajib dibayar setiap harinya. Biaya operasional yang masih sangat tinggi. Belum lagi sewa yang selalu tidak membayar dengan jumlah tarif yang seharusnya. Terus bagaimana mereka bisa memodifikasi secepat itu? Ternyata mereka memiliki sistem yang jelas dikomunitas atau klubnya sebagai wadah pemecahan masalah khususnya berkaitan dengan tunggangan anggota-anggotanya, dan bagi mereka yang tidak bergabung, mereka punya jemputan-jemputan reguler dijam-jam kerjanya. Dan ternyata faktanya, tampilan mobil yang semakin gaul memudahkan kita mencari sewa.
Buat alasan mereka pribadi, tujuan mereka cuma satu. Mereka tak mau dipandang sebelah mata, dipandang hina, dan dipandang tidak mapan. Justru dengan mendadani mobil bawaan, mereka menunjukkan bahwa mereka juga mampu menunjukkan jati diri mereka. Ternyata mereka juga ingin bisa seperti yang lainnya, mereka ingin keberadaan mereka diakui, mereka juga ingin memiliki pergaulan yang luas. Dan tentu mereka tak ingin selamanya menjadi seorang supir...
Coba kita jalan ke daerah Bogor, Sukabumi dan sekitarnya, disana banyak kita lihat Angkutan Kota yang "gaul" dan secara umum "Ceper". Tak kalah sporty dengan mobil-mobil anak gaul atau mobil-mobil balap sekalipun. Kreativitas yang mereka ciptakan dengan keterbatasan pendapatan yang minim, tidak menghalangi hobi mahal yang dulu hanya diterapkan pada kendaraan pribadi. Bahkan demam Angkutan Kota Gaul menyebar cepat dan banyak diminati oleh supir-supir Angkutan Kota didaerah sekitarnya. Sehingga menimbulkan banyak komunitas-komunitas serta klub-klub khusus supir Angkot. Tak hanya itu, penampilan memukau dari hasil kreativitas seadanya, mampu melirik anak-anak muda untuk terjun langsung kedunia Angkutan Kota.
Tak beda jauh dengan Tanjung Karang Bandar Lampung, mereka punya cara tersendiri agar tampilan Angkutan kotanya bisa lebih "galak". Disini dari pengamatan saya, mereka bahkan lebih gila mendandani Angkot miliknya. "Full Modifikasi". Tak tanggung-tanggung melebihi kapasitasnya sebagai Angkot itu sendiri. Saya sempat terpukau ketika berada didalam sebuah angkot gaul yang saya tumpangi dari Lungsir hingga Bambu Kuning. Kenapa saya terpukau? Karena apa yang ada didalam angkot ini melebihi batas imajinasi saya. Sehingga menimbulkan satu pertanyaan. Berapa gaji mereka? Dan dari pengamatan saya kurang lebih 85% supir yang ada untuk daerah Bandar Lampung adalah anak-anak muda.
Melirik lagi didaerah Cilegon, modifikator-modifikator Angkot juga tak kalah hebat. Cara yang mereka terapkan hampir sama dengan sistem yang ada didaerah Bogor dan Sukabumi. Mereka membentuk komunitas dan klub. Hanya saja arah dan bentuk modifikasi mereka adalah campuran sentuhan Bogor dan Bandar Lampung.
Terakhir yang saya pantau diwilayah Ciputat, karena saya tinggal didaerah ini. Tidak beda jauh dengan daerah-daerah yang saya bahas diatas. Sehingga membuat rasa penasaran saya semakin menjadi. Berapa penghasilan mereka sehari sehingga bisa menyisihkan Banyak Uang untuk mewujudkan mobil impian? Setelah saya mencari tahu dan melihat langsung bahkan menyisihkan sedikit waktu untuk mencoba terjun didalamnya, ternyata butuh waktu dan pengorbanan yang sangat lama untuk memodifikasi Angkot menjadi Gaul. Karena ternyata turunnya harga bensin, tidak menurunkan pungli-pungli yang ada dan wajib dibayar setiap harinya. Biaya operasional yang masih sangat tinggi. Belum lagi sewa yang selalu tidak membayar dengan jumlah tarif yang seharusnya. Terus bagaimana mereka bisa memodifikasi secepat itu? Ternyata mereka memiliki sistem yang jelas dikomunitas atau klubnya sebagai wadah pemecahan masalah khususnya berkaitan dengan tunggangan anggota-anggotanya, dan bagi mereka yang tidak bergabung, mereka punya jemputan-jemputan reguler dijam-jam kerjanya. Dan ternyata faktanya, tampilan mobil yang semakin gaul memudahkan kita mencari sewa.
Buat alasan mereka pribadi, tujuan mereka cuma satu. Mereka tak mau dipandang sebelah mata, dipandang hina, dan dipandang tidak mapan. Justru dengan mendadani mobil bawaan, mereka menunjukkan bahwa mereka juga mampu menunjukkan jati diri mereka. Ternyata mereka juga ingin bisa seperti yang lainnya, mereka ingin keberadaan mereka diakui, mereka juga ingin memiliki pergaulan yang luas. Dan tentu mereka tak ingin selamanya menjadi seorang supir...
Oh gitu ya. Pantes tadinya saya berpikir ga adil buat pengguna Angkutan Umum khususnya Angkot, bensin sudah turun akan tetapi tarif tak kunjung turun. Ternyata selain harga-harga onderdil yang memang mahal, punglinya juga gila ya.
BalasHapusMemang saya mengharapkan makin banyak Angkot yang gaul-gaul, selain enak dilihat, Angkot-Angkot ini juga bisa meramaikan klub-klub yang lagi nongkrong malam minggu, kan keren tuh. Diterima kok dimasyarakat kalau tertib.
Hebat mas bisa rela nyisihin waktu buat ngelihat kenyataan dibalik kemudi Angkot. Salutttt
Terima kasih buat Om/tante yang mau mengerti "SUPIR ANGKOT".Memang tidak semestinya nama supir itu jelek dan di pandang sebelah mata,Hanya karna sebagian supir yang kurang bertanggung jawab.Syukur sekali masih ada yang mau mengerti kami,.Hormat saya.."Drive Pamulang 2"
BalasHapus